Agustus 04, 2013

Karakteristik Habitat Rusa di Padang Rumput La Pahar

KARAKTERISTIK HABITAT RUSA DI PADANG RUMPUT LA PAHAR
TAMAN NASIONAL LAIWANGI WANGGAMETI

Oleh : Tri Wiyanto*)

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti (TNLW) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998 dengan luas kawasan 47.014 hektar dan seluruhnya terletak di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 

Kawasan ini kaya akan sumberdaya alam berupa flora fauna, jasa lingkungan dan objek dan daya tarik wisata alam. Kawasan TNLW juga menjadi salah satu habitat dari berbagai jenis burung dimana  diantaranya terdapat 8 jenis yang merupakan burung endemic Pulau Sumba. Burung endemic tersebut adalah Julang Sumba (Aceros everetti), Kakatua Jambul jingga (Cacatua sulphurea citrinoristata), Gemak Sumba (Turnix everetti), Punai Sumba (Treron teysmani), Walik Rawamanu (Ptilonopus dohertyii), Sesap Madu Sumba (Nektarina buettikoferi), Sikatan Sumba (Ficedula Harteti) dan Punggok Wengi (Ninox Rudolffi). Disamping itu kawasan TNLW merupakan habitat untuk tumbuh dan berkembang biaknya jenis mamalia besar yaitu rusa.

Di kawasan TNLW, rusa dapat dijumpai salah satunya adalah di Padang rumput La Pahar. Populasi rusa tersebut belum diketahui secara pasti dikarenakan belum ada kajian atau penelitian  sebelumnya. Diduga kondisi rusa di Padang rumput La Pahar dari tahun ke tahun mengalami penurunan populasi. Hal ini terlihat dari sulitnya menemui keberadaan rusa di lapangan. Namun berdasarkan hasil pengamatan pada tahun 2010 oleh “Expedition Team” Balai Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Padang rumput La Pahar  di temui 7 ekor rusa. 



Gambar 1. Kondisi Padang Rumput La Pahar

Penurunan populasi rusa di padang rumput La Pahar diperkirakan terkait dengan menurunnya kualitas dan kuantitas daya dukung habitat akibat degradasi dan kebakaran hutan. Disisi lain kegiatan perburuan oleh oknum masyarakat secara illegal menjadi persoalan tersendiri yang mengakibatkan terganggunya populasi rusa. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu upaya konservasi dimana salah satunya adalah melalui kajian mengenai karakteristik habitat rusa di Padang rumput La Pahar guna rencana pengelolaan lebih lanjut.

b. Maksud dan Tujuan
Kajian mengenai karakteristik habitat rusa di Padang rumput La Pahar bermaksud untuk mengetahui kondsi daya dukung habitat rusa di kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti tepatnya di padang rumput La Pahar. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
  1. Terkumpulnya informasi mengenai kondisi habitat Rusa di dalam kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti.
  2. Terkumpulnya data dan infomasi mengenai factor daya dukung habitat berupa sumber pakan (food), air (water), pelindung/tutupan (cover) dan ruang (space).


c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian karakteristik habitat rusa di padang rumput La Pahar ini meliputi penggalian data dan informasi mengenai kondisi habitat rusa di padang rumput La Pahar, pengumpulan data kelimpahan jenis rumput dan tutupan/cover melalui analisis vegetasi, pengumpulan data penggunaan ruang oleh rusa dan penghitungan debit air sebagai sumber minum bagi rusa.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Rusa timor merupakan rusa tropis kedua terbesar setelah rusa sambar. Dibandingkan dengan rusa tropis Indonesia lainnya, rusa timor memiliki keunikan yaitu sebagai rusa yang memiliki banyak sub spesies, dengan daerah penyebaran yang luas serta nama lokal yang cukup beragam tergantung daerah dimana habitatnya berada.

a. Klasifikasi 
Rusa timor merupakan hewan yang dilindungi karena terjadi penurunan populasi yang dianggap sampai pada titik yang kritis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. Rusa timor termasuk satwa liar yang berkerabat dekat dengan kancil dan kijang. Klasifikasi lengkap rusa timor menurut Widyastuti (1993) adalah sebagai berikut : 
Kerajaan         : Animalia
Filum : Chordata
Kelas              : Mamalia
Ordo   : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminansia
Famili : Cervidae
Genus : Cervus. 
Species         : Cervus timorensis (Rusa Timor)
                         : Cervus unicolor (Rusa Sambar)

b. Morfologi
Morfologi rusa timor ditandai dengan warna kulit coklat kemerah-merahan,hidupnya berkelompok dan mempunyai daerah teritorial sendiri-sendiri. Rusa jantan berwarna lebih gelap dan bulunya lebih kasar serta mempunyai tanduk yang bercabang indah, dan umumnya berwarna coklat keabu-abuan sampai coklat gelap. Bobot badan dewasa dapat mencapai 60 kg, panjang badan berkisar antar 1,95 – 2,10 m, tinggi badan 1,00 – 1,10 m. Umur sapih 4 bulan, dewasa kelamin betina terjadi pada umur 2 tahun 3 bulan dan umur tua sekitar 15 – 18 tahun. Lama kebuntingan rusa antara 250 – 285 hari. Jumlah anak yang dilahirkan dari setiap kali beranak pada umumnya berjumlah 2 ekor (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994).

c. Habitat
Satwa liar dalam hidupnya memerlukan tempat-tempat yang dapat dipergunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat berkembang biak. Rusa mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tempat hidup rusa umumnya di daerah yang dekat dengan hutan dan pada padang rumput / savana. Satwa ini memiliki indera penciuman dan pendengaran yang tajam, sehingga mudah menghindarkan diri dari musuh yang akan memangsanya (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994). Daerah-daerah yang kering dan terbuka merupakan tempat habitat rusa, seperti padang rumput atau bukit- bukit, berkemiringan yang landai, dengan pohon dan belukar yang tersebar.

d. Habitat Satwa Mamalia Besar 
Guna mendukung kehidupannya, satwa liar membutuhkan satu kesatuan kawasan yang dapat menjamin segala keperluan hidupnya, baik makanan dan air.  Menurut Alikodra (1990), habitat merupakan kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar.  Setiap satwa menempati habitat sesuai dengan lingkungannya yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya dan setiap satwa liar menghendaki kondisi yang berbeda-beda. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup satwa liar yaitu terdiri dari makanan, air, temperatur, kelembaban, tekanan udara dan tempat berlindung maupun kawin. Faktor ini secara keseluruhan berperan sebagai sistem yang berfungsi dalam mengendalikan pertumbuhan populasi Perubahan faktor pembatas (pakan dan air pada musim kemarau) baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat mengubah daya dukung lingkungannya. Dalam pembinaan habitat, faktor- faktor pembatas tersebut harus diperhatikan fluktuasinya dan dipantau untuk menetapkan program- program pengelolaan yang tepat. (Alikodra, 1983)  

e. Status Konservasi
Berdasarkan IUCN Red List, rusa di golongkan ke dalam “Vulnerable” yaitu dalam kondisi rentan dari kepunahan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, rusa termasuk satwaliar yang dilindungi. Dikarenakan memiliki daya adaptasi yang tinggi serta penyebaran yang luas maka   rusa sangat memungkinkan untuk dipelihara/ditangkarkan di seluruh wilayah Indonesia.

III. METODOLOGI
Pengambilan data dilaksanakan selam 6 hari pada tanggal 22 s/d 27 April 2013 di Padang rumput La Pahar yang termasuk dalam zona pengelolaan SPTN Wilayah I Tabundung. Metode yang digunakan dalam pengambilan data karakteristik habitat rusa adalah dengan metode analisis vegetasi; metode penghitungan debit air secara sederhana menggunakan botol air mineral dan metode deskiriptif kualitatif.

Data primer diperoleh dari pengambilan data jenis rumput dan tutupan. Untuk jenis rumput dilakukan analisis vegetasi melalui pembuatan plot ukur 1m x 1m sebanyak 20 plot. Kemudian dicatat dan selanjutnya dianalisis untuk mengeahui Indeks Nilai Penting dari jenis rumput yang ada. Untuk tutupan lahan sebagai cover bagi rusa dilakukan pengambilan data melalui analisis vegetasi dengan pembuatan plot ukur 1m x 1m untuk semai, 5m x 5m untuk pancang, 10m x 10m untuk jenis tiang dan 20m x 20m untuk jenis pohon. Jarak antar plot ukur adalah 50 meter dengan jumlah plot ukur adalah 10 buah. Selanjutnya juga dianalisis untuk mengetahuati dominansi pada setiap tingkatannya. Sedangkan penggunaan ruang bagi rusa dilakukan observasi selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif.

Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan penggalian informasi dari masyarakat. Data data tersebut sangat penting guna memperkaya informasi dan keakuratan data hasil kajian karakteristik habitat rusa di Padang rumput La Pahar.

IV. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH
Padang rumput La Pahar merupakan salah satu lokasi di dalam kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti berupa padang rumput dengan luas 87,7 hektar. Berada pada titik koordinat S10°1'58.23" E120°7'3.59". Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, Padang rumput La Pahar memiliki arti tempat pahar ( La : tempat; Pahar : seseorang yang  bernama Pati Pahar). Dahulu kala Padang rumput La Pahar merupakan bekas perkampungan lama yang dikarenakan suatu hal kemudian mereka meninggalkan Padang rumput La Pahar dan selanjutnya menjadi cikal bakal masyarakat yang tersebar di wilayah kecamatan Pinupahar.

Untuk mencapai lokasi Padang rumput La Pahar dapat ditempuh melalui 3 (tiga) rute perjalanan dengan berjalan kaki sebagai berikut :
  1. Desa Ramuk – Padang rumput La Pahar dengan waktu tempuh ± 6 jam perjalanan.
  2. Desa Mahaniwa – Padang rumput La Pahar dengan waktu ± 4,5 jam perjalanan.
  3. Pertengahan desa Ramuk Mahaniwa – Padang rumput La Pahar dengan waktu tempuh ±  4 jam perjalanan.

Padang La Pahar memilki potensi sebagai habitat alami bagi mamalia besar jenis rusa. Faktor daya dukung habitat berupa pakan (food), air (water), pelindung/tutupan (cover) dan ruang (space)  di padang rumput La Pahar belum ada data terdokumentasi. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian terhadap kondisi habitat rusa di padang rumput La Pahar tersebut.

Berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan dan setelah dilakukan analisis mengenai kondisi dan factor daya daya dukung habitat rusa sebagai berikut :
1. Ketersediaan pakan
Rusa memerlukan pakan yang cukup untuk kelangsungan hidup (survive) dan berkembang biak. Dalam hal pemilihan pakan, rusa lebih menyukai hijanan berdaun lunak   dan basah serta bagian yang muda seperti dari jenis legum/kacang-kacangan dan rumput-rumputan.  Bahan pakan tersebut mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh rusa untuk hidup dan berkembang biak. Kebutuhan pakan Rusa Timor apabila dilepas di alam/ranch diperkirakan hanya perlu 3 kg/ekor/hari (Takandjandji, 2006). Pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan petak ukur 1m x 1m sebanayk 20 plot ukur. 

Berdasarkan hasil analisis vegetasi di lokasi Padang rumput La Pahar SPTN Wilayah I Tabundung terkait dengan keberadaan jenis rumput adalah sebagai berikut :    
             
Gambar 2. Data hasil analisis vegetasi rumput di Padang Rumput La Pahar

Vegetasi rumput jenis Mapu (unidentified) adalah jenis yang paling melimpah di Padang rumput La Pahar. Namun kelimpahannya tidak berbeda signifikan dengan Ilalang (Imperata cylindrica). Ketinggian vegetasi rumput di Padang rumput La Pahar mencapai 130cm. 

Kemudian berdasarkan pengambilan sampel pada petak ukur 1m x 1m diperoleh berat rumput basah rata-rata yaitu 4,2 kg. Dengan demikian diketahui jumlah stok bahan pakan berupa rumput basah di Padang rumput La Pahar dengan luas 87,7 hektar yaitu 3.683,4 ton. Namun kenyataan di lapangan tidak semua bagian rumput dimakan oleh rusa timor. Bagian yang dimakan adalah pada bagian daun terutama yang masih muda. menurut Wirdateti et al (1994) menyatakan bahwa jenis rumput berupa alang alang, rusa sangat menyukai tunas muda yang baru tumbuh dari bekas pembakaran.

Rusa membutuhkan protein 6 – 7%, sedangkan untuk pertumbuhan optimal membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masing-masing 13 – 16; 0,45 dan 0,35% dari bahan kering pakannya (Garsetiasih, 1990). Kandungan nutrisi pada setiap jenis rumput tersebut belum dapat dianalisis dikarenakan  minimnya peralatan. Namun menurut Siswadi dan G.S. Saragih (2011), jenis ilalang Ilalang (Imperata cylindrica) dalam bahan kering 36,48 Kg memiliki kandungan Protein 12,38Kkal; Lemak 1,92 Kkal; Serat Kasar 32,48 Kkal; BETN 46,09; Abu 7,17; Ca 0,15Kkal; dan P 0,09 dengan Gross Energy 4395 Kkal/Kg Bahan Kering.

2. Tutupan/Cover
Aktifivitas rusa sangat sensitif dengan keadaan bila terjadi perubahan atau gangguan, semua rusa akan menegakkan kepala tanpa bersuara sambil memandang ke satu arah yang dikira membahayakan. Dalam ha1 ini rusa betina yang lebih tanggap dan rnemberikan tanda atau isyarat pada yang lainnya. Haan (1954) dalam Susanto (1980) juga melaporkan bahwa pimpinan rusa ternyata bukan rusa jantan melainkan rusa betina tua dan juga yang memberi isyarat bila ada bahaya. Sehingga tutupan/cover  diperlukan rusa sebagai tempat berlindung dari bahaya yang mengancam, berlindung dari terik mentari pada siang hari serta untuk beristirahat. 

Jenis tutupan yang ada padang rumput Padang rumput La Pahar di antaranya adalah Tambulu, Kayu Tebu, Watakamambi, Kerinyuh serta Kanjilu. Selain tutupan yang ada di dalam, tersedia juga di sepanjang pringgan/pinggiran  padang Padang rumput La Pahar. Berikut adalah tabel hasil analisis vegetasi tutupan/cover di sepanjang pringgan padang rumput La Pahar :

Gambar 3.  Data hasil analisis Cover

Laru adalah jenis semai dengan Indeks Nilai Penting terbesar yaitu 48,82. Untuk jenis pancang dengan INP terbesar adalah jenis Lalang dengan INP sebesar 19,82. Jenis tiang di dominasi oleh Kawikataba dengan INP sebesar 24,47. Sedangkan untuk jenis pohon didominasi oleh Mbakuhau dengan INP 20,52.

Gambar 4. Pengambilan data Pohon

Berdasarkan hasil pengamatan di areal tutupan lahan di sepanjang pringgan menunjukkan bahwa diduga hutan di sepanjang Padang rumput La Pahar menjadi tempat berlindung rusa. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya beberapa bekas luka pada batang pohon di dalam hutan. Luka pada batang pohon diakibatkan oleh aktifitas rusa yang menggaruk-garukkan ranggah pada batang pohon tersebut. Selain itu ditemukan jejak kaki rusa di sungai yang telah kering di dalam hutan. 

3. Air/Water
Air sangat penting keberadaanya untuk kehidupan baik flora, fauna maupun manusia. Di tengah Padang rumput La Pahar tidak tersedia sumber air namun di dipringgan hutan/pinggir padang terdapat mata air yang cukup melimpah yang membentuk aliran anak sungai kecil melewati hutan. Aliran sungai tersebut mengalir sepanjang tahun. Jarak dari padang menuju mata air tersebut kurang lebih 15 meter dan diperkirakan mata air tersebut merupakan tempat untuk minum bagi satwa-satwa yang beraktifitas di padang Padang rumput La Pahar atau sekitarnya. 

Aliran air di Padang rumput La Pahar  dilakukan pengukuran secara sederhana dengan menggunakan botol air mineral 600mL. Dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan mengisi botol air mineral tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran debit air secara sederhana pada aliran sungai di Padang rumput La Pahar menunjukkan bahwa debit air sebesar 1,17 Liter/Detik atau 101.262,03 Liter/Hari. 

4. Ruang/Space
Rusa memerlukan ruang/space yang cukup serta wilayah jelajah tertentu untuk melakukan segala aktifitasnya. Aktifitas yang  dilakukan diantaranya adalah makan, berbaring, memamah biak, bersuara, minum, urinasi, defikasi, approach, berdiri,berjalan, berlari dan lain sebagainya.  Menurut Boughey (1973), Pyke (1983) dan Van Noordwijk (1985), wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minuman serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung, tempat kawin disebut wilayah jelajah (home range). Tempat-tempat minum dan mencari makan pada umumnya lebih longgar dipertahankan dalam pemanfaatannya, sehingga satu tempat minum ataupun makan seringkali dimanfaatkan secara bergantian ataupun sama-sama oleh beberapa spesies satwaliar. 

Gambar 5. Jejak kaki (a) ; Kotoran (b)

Penggunaan ruang oleh rusa di Padang rumput La Pahar diketahui sebagian kecil sebagai tempat bermain. Kondisi ini terlihat ada 2 tempat di dalam padang dengan luas ± 6m² bersih dari vegetasi jenis rumput dan lainnya. Terlihat juga bekas jejak-jejak kaki rusa dan kotoran di tempat tersebut. Sebagian besar lain penggunaan ruang padang rumput La Pahar sebagai tempat mencari makan (feeding ground). Namun pada saat pengambilan data tidak dijumpai rusa yang sedang melakukan aktifitas makan di padang. Hal ini disebabkan rusa merupakan satwa nocturnal sehingga lebih aktif mencari makan pada malam hari.

Padang rumput La Pahar adalah salah satu lokasi penting sebagai habitat alami rusa di dalam kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Karakteristik berupa factor daya dukung habitat meliputi pakan, air, ruang dan pelindung bagi rusa cukup tersedia dengan baik. Factor daya dukung habitat berupa air perlu dikelola lebih lanjut dapat berupa penambahan kolam air tengah padang. Hal utama yang lebih penting adalah menjaga kondisi padang rumput La Pahar agar tetap terjaga kelestariaanya. Ancaman dan gangguan degradasi serta kebakaran hutan bahkan perburuan illegal perlu dicegah dan diberantas sehingga populasi rusa dapat tumbuh dan berkembang. 

V. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian terhadap karakteristik habitat rusa di padang rumput La Pahar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Kondisi habitat rusa di La Pahar Taman Nasional Laiwangi Wanggameti sebagian besar berupa padang rumput terbuka. 
  2. Kondisi factor daya dukung habitat rusa di Padang rumput La Pahar adalah sebagai berikut :

  • Jenis pakan rusa di Padang rumput La Pahar terdiri dari jenis Mapu merupakan jenis rumput yang paling melimpah dengan INP sebesar 103,34.
  • Jenis pelindung rusa dengan Indeks Nilai Penting tertinggi di Padang rumput La Pahar Laru/Semai (INP : 48,82); Lalang/Pancang (INP : 19,82), Kawi kataba/Tiang (INP : 24,47) dan Mbakuhau/pohon (INP : 20,52).
  • Sumber minum di lokasi Padang rumput La Pahar terdapat aliran sungai kecil dengan debit air sebesar 1,17 Liter/detik.
  • Penggunaan ruang di Padang rumput La Pahar oleh rusa sebagian kecil sebagai tempat bermain dan sebagian besar sebagi tempat mencari makan (feeding ground).

b.Saran 
  1. Perlu diadakan peralatan lapangan diantaranya termohigro, peralatan penghitung biomassa, peralatan untuk mengukur debit air, Phi band, binokuler infra merah dan densiometer
  2. Mengundang identifikator ahli jenis dari LIPI, Akademisi atau LitBang Kehutanan untuk analisis vegetasi.
VI.   DAFTAR PUSTAKA

-. 2009. Rencana Pengelolaan  TN Laiwangi Wanggameti Jangka 2010-2029. Balai TN Laiwangi Wanggameti. Waingapu.

ALIKODRA, H.S dan PALETE, RAMON.  1980.  Potensi Makanan Banteng (Bos Javanicus) Di Cagar Alam Ujung Kulon.  Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.  

GARSETIASIH. 1990. Potensi Lapangan Rerumputan Rusa di P. Menipo pada Musim Kemarau. Laporan Teknis. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. 

SISWADI DKK. 2011.   Daya dukung lahan semi arid untuk pengembangbiakan rusa timor (rusa timorensis timorensis blainville 1822) dengan sistem  mini ranch. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Jl. Untung Suropati No .7B Airnona, Kupang, Nusa Tenggara Timur

TAKANDJANDJI, M. dan EDY SUTRISNO. 2006. Teknik Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis). Aisuli No. 20 Tahun 2006. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara.  

TIM TNLW. 2010. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kajian Penangkaran Rusa di Taman Nasional laiwangi Wanggameti. Balai TN Laiwangi Wanggameti. Waingapu.

*) Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Taman Nasional Laiwangi Wanggameti

WAINGAPU, 2013
Flag Counter
 

Copyright © Resort Tawui TN MATALAWA Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger